Entri Populer

Senin, 06 Desember 2010

AKU DAN LIA





Oleh: Sindu
Jika angka dua identik dengan banyak ato sepasang, seperti itulah kami: dua orang makhluk Tuhan yang saling melengkapi satu sama lain. Dua identik juga dengan sepasang. Mata kita dua, itu berarti kita diciptakan  oleh Tuhan melihat dunia ini dengan dua sisi. Telinga kita dua berarti kita bisa mendengar segala sesuatu tidak hanya baik saja, tetapi mendengar jelek juga. Itulah dua . Jika ada salah satu yang rusak atau tidak berfungsi itu berarti tidak dapat dikatakan berjalan dengan baik.

Kami (berdua) bertemu dalam kondisi yang berbeda. Pertemuan yang hanya bisa disutradarai oleh Tuhan. Pertemuan yang biasa saja namun akan meninggalkan rasa perpisahan yang tidak biasa. Aku bertemu dengan seorang Lia saat aku pindah kost dari Tersambar 3/10 ke Padhepokan Maret 10/3. Padhepokan yang indah dan penuh riuh canda. Padhepokan dimana aku menemukan arti sebuah keluarga kecil. Pertama bertemu Lia kami memang berada di dunia berbeda. Aku berada di duniaku sendiri. Dunia percupuan yang nggak indah sama sekali. Setiap hari hanya bergumul dengan buku2 agama dan buku novel islami. Sedangkan Lia tersedot dalam dunia yang bernama tawa dan kegembiraan. Ya begitu berbeda, hampir dikatakan bertolak belakang.

Lia (Triana Rakhmawati) adalah sosok kecil seperti bola bekel. Lincah, humoris, suka ketawa keras, ngambekan, manja, temen curhat yang baik, temen menghujat yang baik pula dan apa lagi ya???? Banyak deh…yang pasti Lia memang banyak temennya. Ibarat preman, daerah kekuasaan luas anak buahnya banyak. Begitu juga dengan teman-temanya, banyak pula. Di daerah ini fakultas ini jurusan ini, di UKM ini wuihh banyak deh. Lia yang periang yang tidak pernah sekalipun menangis tetapi sesekali nggondo’an dengan kakaknya. Satu pelajaran berharga dari Lia yang selalu aku ingat: kalo cinta itu harus diungkapkan dan di perjuangkan, jika tidak maka kita akan menyesal seumur hidup kita. Lia yang hobi nulis, mulai nulis diatas kertas sampai nulis diatas batu nisan hehehehehe yang bercita-cita menjadi penulis buku yang suka makan bakso dan ngrokoti balungan serta hobi bersolek. Ah lia…..aku merasa iri dengan segala yang diberikan Tuhan padamu khususnya dunia kegembiraanmu, kecuali satu yang nggak pernah ku irikan darimu: tinggi badan hehehehehehe pisss. Tapi itulah yang membuat aku semakin yakin bahwa Tuhan memang benar2  Maha Adil.
Lia yang ndekem di jurusan Teknik Bangunan yang terinspirasi dari kakaknya, memang seneng banget jika diajak jalan-jalan kemanapun. Sama halnya denganku yang memang cepet bosan, aku juga senang jalan-jalan eniwer enitaim. Jika kami sedang kere karena jatah bulanan habis atau memang belum datang kami selalu jalan2 cuci mata lihat harga barang2 di mall yang membuat niat jahat kami untuk mengutilnya naudzubillah…….alhamdulillah belum terjadi sampai tulisan ini saya buat. Pernah suatu ketika kami pulang pergi ke TogaMas dengan berjalan kaki, padahal jika dihitung2 jaraknya 3 km. Suatu pengalaman yang tak akan pernah kami lupakan karena kami melakukannya berkali2 tanpa mengeluh sedikitpun karena kami merasa have fun dengan hal itu. Jalan kaki mulai dari kost lewat pasar Jombang masuk jalan galunggung trus beli es degan depan Conffetti dan beli gorengan depan ATM BNI. Lanjut makan dan minum sambil jalan diiringi suara canda tawa kami berdua dengan diiringi tatapan iri para pengguna jalan lain yang tatapannya serasa meremehkan keadaan ekonomi kami. Ah……kangen masa2 itu….Bahkan yang paling aku ingat adalah makanan pagi jika kami memang benar2 dilanda kere hore. Nasi bu Teram dengan satu perkedel sayur sop. Wuihhh….nikmat banget!!!

Kalau cerita tentangku (Sindu Pramesthi), sepertinya subjektiv jika aku menuliskannya sendiri. Jika aku menulis bahwa aku cantik, baik hati, dan tidak sombong nanti orang akan berfikir aku narsis. Kalau aku menulis aku ini sedikit bodoh, orang akan mengira aku merendah. Jadi aku kutip saja tulisan Lia tentangku di FBnya:
“ Sindu tuh aneh orangnya. Kadang pendiam kadang rame. Memang sih pertama bertemu dengannya orangnya pendiam trus cuek banget, tapi lama2 kenal eh anaknya rame abis. Gila malah!!!! Kopros tingkat tinggi, tukang tidur, hobi ngemil, suka makan, mbathi alias money oriented, seneng nggorohi, males, gelap mata pas lagi soping, kekanak-kanakan, wes pokoknya gak asyik temenan sama sindu” begitu kata Lia di FBnya.
Tapi apapun, aku merasa kalau kami itu saling melengkapi. Tidak peduli kekurangan masing-masing tapi bisa memanfaatkan kelebihan masing-masing. Team work. Aku merasa kalau kami itu seperti paket lengkap. Pensil sekaligus penghapusnya atau Burger sekaligus pomesnya. Kami memang seperti itu…

Sekarang, entah kapan bisa berkumpul seperti dulu. Ngemper dan mbambong bersama, sempet dimarahi penjaga toko buku Togamas, dicibir pramuniaga Matahari karena nggak sanggup beli, nawar boneka di pasar besar semurah-murahnya, bokek bersama alias kere hore, dan sedih bersama.

Sekarang, kami sibuk meluruskan masa depan kami masing-masing. Lia yang dulu males kuliah, dan sempat terdampar beberapa waktu di negeri antah-berantah, kini mulai menjahit sikap rajinnya. Setelah lulus kuliah meskipun telat 1 tahun dari waktu lulus normalnya, kini bekerja di Telkom Bojonegoro, jurusan yang nggak nyambung dengan jurusan yang ia ambil waktu kuliah. Aku yang hidupnya masih bengkong kesana-kemari mulai memupuk optimis, mengerjakan satu-per-satu apa yang bisa aku kerjakan. Meskipun lulus terlebih dahulu daripada Lia, tapi sekarang aku lebih feminin dan lebih suka mengajar di LBB Semoga, saat kita berkumpul, tidak ada lagi cerita dengan backsound lagu melow berhiasi air mata. Semoga, saat kita berkumpul, yang masuk dalam kotak kenangan adalah cerita dengan dekorasi senyum dan tawa. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar